Arak dan Bakar Ogoh-Ogoh
ARAK: Ratusan umat Hindu di OKU melakukan pengarakan ogoh-ogoh dalam perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1940 |
Momen itu, sambung
Wayan, belum tentu terjadi dalam jangka waktu 100 tahun sekali. Sehingga setiap
prosesi yang dilakukan sangat bermakna dan dilakukan dengan khidmat. "Di
hari Sarawasti kami memohon kepada Dewa Ganesha, agar diberi ilmu pengetahuan,
" katanya.
Perayaan hari raya
Saraswati, kata Wayan, dilakukan dengan mengajak seluruh umat Hindu di OKU
melakukan pemujaan. Prosesi pemujaan dilaksanakan pada tanggal 17 Maret pukul
00.00 hingga pukul 06.00. Kemudian dari pukul 06.00 dilanjutkan dengan Nyepi
sampai tanggal 18 maret pukul 00.00. "Selama Nyepi melaksanakan Catur Bhrata
penyepian," terangnya.
Dalam Catur Bhrata penyepian,
umat Hindu melaksanakan empat pantangan yakni tidak boleh melakukan kegiatan,
tidak boleh keluar rumah, tidak boleh mencari hiburan, dan tidak boleh
menyalakan api. Di hari raya Nyepi ini, dirinya berharap hidup lebih baik untuk
seluruh manusia kedepannya, dan OKU terus kondusif.
"Kondusif seperti
saat ini dan kedepannya. Serta rasa saling menghargai yang tetap terjaga,
" harapnya.
Sebelum melaksaan puja
di hari raya Saraswati dan Nyepi, umat Hindu di OKU menggelar Tawur Kesanga.
Yang ditandai dengan pengarakan ogoh-ogoh dan membakarnya di perempatan agung.
Di Bumi Sebimbing Sekundang, pawai ogoh-ogoh dilakukan di empat desa adat.
Yakni di desa Markisa kecamatan Lubuk Batang, desa Guna Makmur kecamatan
Semidang Aji, kemudian desa Penilikam dan Makarti jaya kecamatan Peninjauan.
(fy)
Posting Komentar